SMP PGRI 3 BOGOR IS THE BEST SCHOOL AT WEST BOGOR, SMART, PERSONAL GOOD, AND MAJOR IN IT. {PHONE:0251-8635302}

Carilah Ilmu Walaupun Sampai Ke Negeri Cina

MAKSUD HADITS

CARILAH ILMU WALAUPUN SAMPAI KE NEGERI CHINA

Diasuh Oleh:

Ust. Nasrulloh


Pertanyaan:
Apa yang dimaksud oleh Hadis Nabi Saw. yang artinya: "Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri cina?"
-

Jawaban:
Berkenaan dengan hadis tersebut, akan diterangkan terlebih dahulu beberapa hal berikut ini:

  • Hadis itu diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi, Imam Ibnu 'Adi, Imam 'Uqaili, dan Imam Ibnu Abdil Barr, dari Anas bin Malik r.a.
  • Hadis itu menurut penilaian Imam Ibnul Jauzi adalah hadis maudhu' (kitab Al-Asna:42). Namun menurut penilaian Al-Hafizh Imam Al-Baihaqi, hadis itu matannya telah masyhur, hanya saja sanad-sanadnya dha'if (kitab Al-Mughni 'an Hamlil Asfar, I:9). Sedangkan menurut penilaian Syekh ALi Al-'Azizi, karena hadis tersebut banyak thariq (jalan)-nya, maka yang tadinya dha'if naik derajatnya menjadi hasan lighairih (kitab As-Sirajul Munir,I:231)
Sejauh penelitian kami, hadis tersebut antara lain terdapat dalam kitab-kitab dibawah ini:
  • Ad-Duradul Muntatsirah fil Ahaditsil Musytahirah, Al-Hafizh Imam Jalaluddin As-Suyuthi, halaman 76.
  • Asnal Mathalib fi Ahaditsi Mukhtalifatil Maratib, Syekh Al-Hut Al-Bairuti, halaman 42.
  • Al-Jami'ush Shaghir fi Ahaditsil Basyirin Nadzir, Al-Hafizh Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Juz I, halaman 40.
  • As-Sirajul Munir, karya Syekh Ali Al-'Azizi, Juz I, halaman 231.
  • Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali, Juz I, halaman 9.
  • Al-Mughni 'an Hamlil Asfar fil Takhriji Ma fil Ihya Minal Akhbar, Al-Hafizh Imam Zainuddin Al-'Iraqi, Juz I, halaman 9.
  • Mukhtarul Ahaditsin Nabawiyah, Sayid Ahmad Al-Hasyimi, halaman 23.
  • Faidhul Qadir, Imam Abdurrauf Al-Manawi, Juz I, halaman 542.
  • Jami'u Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi, Ibnu Abdil Barr, Juz I, halaman 9.
  • Kasyful Khafa wa Muzilul Ilbas, Imam Al-'Ajaluni, Juz I, halaman 154.
Belum ada kesepakatan pendapat di kalangan ulama dalam memahami maksud hadis tersebut, sehingga dalam memberikan interpretasi (penafsiran)nya terdapat dua versi. Ada yang mengartikannya secara majazi (kiasan) yaitu, "Carilah ilmu walaupun berada di tempat yang amat jauh dan mendapatkan banyak kendala dan rintangan dalam mencarinya." Di antara ulama yang memiliki pemahaman demikian ialah Syaikhul Islam Muhammad bin Salim Al-Hifni (wafat 1081 H). Ketika memberikan interpretasi terhadap hadis tersebut beliau berkata sebagai berikut:
"Maksud sabda Nabi Saw. 'Walaupun ke negeri Cina' itu adalah kata-kata kiasan sebagai dorongan agar mau mencarinya walaupun mendapat kerepotan." (Kitab Hasyiyah As-Sirajul Munir, Juz I, halaman 231)
Imam Ali Al-'Azizi memberikan contoh sebagai dampak positif dari hadis tersebut, sebagai berikut:
"Karena adanya dorongan hadis ini Jabir bin Abdullah merantau dari Madinah ke Mesir, padahal hanya untuk mencari satu buah hadis." (Kitab As-Sirajul Munir, Juz I, halaman 321)
Namun banyak ulama yang memberikan interpretasi terhadap hadis tersebut secara hakiki. Maksud hadis itu menurut mereka, janganlah hanya mempelajari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan urusan agama atau ibadah saja, tetapi juga mencari dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan lainnya, misalnya ilmu-ilmu kedokteran, farmasi, matematika, kimia, biologi, sosiologi, teknik, astronomi, arsitektur, dan lain-lain. Kalau pengertiannya hanya menyangkut ilmu yang berkaitan dengan ilmu keagamaan atau soal ibadah, niscaya Nabi Saw. tidaklah memerintahkan umatnya supaya menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina (Tiongkok), sebab keadaan penduduk negeri Cina pada masa itu umumnya masih menyembah berhala atau arca sehingga tidak mungkin dijadikan sebagai tempat atau sumber ilmu pengetahuan agama.

Diantara ulama yang berpendapat demikian ialah Al-Amier Syakieb Arsalan, seorang mujahid ulung dari Mesir. Pendapatnya itu ditulis dalam kitab karangannya yang berjudul Limadza Taakhkharal Muslimuna Wa Limadza Taqaddama Ghairuhum? Kitab itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh H. Moenawar Chalil dengan judul Mengapa Kaum Muslimin Mundur dan Kaum Selain Mereka Maju?

Pendapat Al-Amier Syakieb Arsalan itu dapat pula dibaca pada kitabnya halaman 204; diperkuat dan dipertegas oleh sahabatnya, Sayid Muhammad Rasyid Ridha, pengarang Tafsir Al Manar.

Kami sendiri lebih condong kepada pendapar ulama yang memberikan interpretasi terhadap hadis tersebut secara hakiki.

Pada masa Nabi Saw. masih hidup (570-632 M) agama Islam belum berkembang, bahkan belum diperkenalkan di negeri Cina (Tiongkok). Hal ini diungkapkan oleh seorang negarawan dan cendikiawan muslim Tionghoa yang bernama H. Ibrahim Tien Ying Ma dalam bukunya yang berjudul Muslims in China diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Joesoef Sou'yb dengan judul Perkembangan Islam di Tiongkok.

Dalam buku tersebut (halaman 24-25) dijelaskan bahwa pertama kali Islam diperkenalkan di negeri Cina (Tiongkok) sekitar tahun 30 H, atau 651 M, pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M). Beliau mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh mantan panglima besar, sahabat Sa'd bin Abi Waqqash, yang pernah menaklukkan imperium Parsi pada tahun 641 M.

Ketika Nabi Muhammad Saw. (570-632 M) bersabda: "Uthlubul 'Ilma Walau bish Shin" (Carilah ilmu walaupun ke negeri Cina), negeri Cina berada di bawah Dinasti Tang yang dipimpin oleh Li Shih Min yang bergelar "Kaisar Tai Tsung" (627-649 M); pada masa itu di Cina sedang pesat-pesatnya perkembangan kebudayaan, kesusasteraan, dan kesenian. (Dikutip dari uraian H. Ibrahim Tien Ying Ma, orang yang telah meraih bintang-bintang kehormatan dari berbagai negara, yaitu Puissant Right Hand Bahadur of Nepal, Officer of the Nile of A.R. Egypt, dan Loyal Champion to the Throne of Malaysia).